Monday, 15 October 2012

Stop Pengangguran !!! dengan Penerapan Life Skill Concept dalam Tatanan Sistem Pendidikan (1)



Stop Pengangguran !!!
dengan 
Penerapan  Life Skill Conceptdalam Tatanan Sistem Pendidikan

Pengangguran menjadi masalah disetiap negara termasuk Indonesia. Pertumbuhan angka pengangguran pun cenderung naik dari tahun ke tahun.  Sebagai dasar pembelajaran kami sajikan data pengangguran penduduk Indonesia dari sumber Badan Pusat Statistik Indonesia (http://www.bps.go.id)
Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas
menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2009-2010







Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Perempuan + Laki-laki
2009
2010
2009
2010
2009
2010
15-19
28.88
28.60
26.64
27.52
27.54
27.97
20-24
19.31
17.82
18.56
17.19
18.85
17.44
25-29
11.12
11.21
9.35
7.79
10.00
9.04
30-34
6.43
6.87
4.89
3.81
5.46
4.95
35-39
4.60
5.11
3.62
2.32
4.00
3.39
40-44
3.60
4.00
3.12
1.90
3.31
2.69
45-49
3.06
3.48
3.01
1.69
3.03
2.40
50-54
2.27
3.09
2.76
1.56
2.58
2.15
55-59
1.88
3.90
2.85
1.67
2.49
2.53
60-64
0.79
5.68
0.90
1.43
0.86
3.06
Jumlah
8.47
8.74
7.51
6.15
7.87
7.14







Sumber : BPS-RI, Sakernas Agustus 2009 dan Sakernas Agustus 2010.
Penyebab yang sering dijadikan alasan adalah ketidakmampuan pemerintah untuk menciptakan banyak lapangan kerja untuk rakyatnya khususnya yang berada pada kategori usia kerja. Menghadapi kenyataan ini pemerintah pun cenderung mengatasi masalah ini secara reaktif, mulai dengan perekrutan tenaga PNS dalam jumlah besar di setiap pemerintahan daerah tanpa memperhatikan tingkat efektifitas dan efesiensi kebutuhan pegawai, mengadakan proses perekrutan tenaga kerja dengan sistem outsourcing yang sampai sekarang menyisakan masalah hingga perekrutan tenaga honorer yang sampai saat ini juga masih menyisakan polemik di masyarakat dalam proses pengangkatannya menjadi tenaga kerja tetap.
            Penyelesaian masalah ini memang tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah tapi harus menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita harus bersama – sama melakukan evaluasi baik dalam tatanan masyarakat, tatanan pendidikan hingga pada tatanan yang paling sederhana yakni tatanan hidup keluarga.  Apabila kita mengadakan evaluasi pada tatanan pendidikan saja maka dapat kita temukan bahwa tatanan dunia pendidikan kita baik secara formal maupun non formal masih banyak mengacu pada perkembangan kemampuan siswa untuk sekedar menguasai pengetahuan – pengetahuan yang sifatnya kognitif. Pada tahap evaluasi keberhasilannya pun hanya sebatas pengujian kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran tanpa ada/ sedikit untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam pengaplikasian dalam kehidupan sehari – hari. Sehingga out put yang dihasilkan cenderung kurang bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk memberikan problem solving terhadap masalah yang ada di lingkungan sekitar. Sebagai indikator, kita bisa mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung apabila siswa memasuki tahun pembelajaran baru maka sedikit sekali siswa yang mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di tahun pembelajaran sebelumnya untuk langsung diterapkan di tahun pembelajaran berikutnya. Pada umumnya para tenaga pendidik baik kalangan guru, dosen maupun tentor masih harus mengadakan sesi penyegaran materi sebelum langsung memasuki materi pada tahun pembelajaran baru.
            Fenomena inilah yang sebenarnya menyebabkan para output sistem pendidikan kita kurang bisa langsung menerapkan ilmu yang didapat untuk dimanfaatkan mendukung kehidupan mereka. Sehingga secara tidak langsung out put yang dihasilkan selalu tergantung pada lapangan kerja yang ada tanpa bisa/kurang bisa menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga dari tahun ketahun jumlah pengangguran akan selalu bertambah.
            Di dalam Islam sebenarnya telah dijabarkan bagaimana sistem pendidikan. Sistem pendidkan yang baik menurut Islam adalah sistem pendidikan yang mampu menciptakan output yang mampu mengamalkan ilmu yang didapat selama proses belajar mengajar untuk orang lain minimal untuk diri sendiri. Dalam hadist Rasul telah jelas bagaimana ancaman bagi orang yang tidak mengamalkan ilmu yang kita dapat : “orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat adalah orang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat (Al-Baihaqy). Di hari kiamat pun kita akan ditanya tentang pengaplikasian ilmu yang kita dapat, rasulullah bersabda : Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang lima perkara.” Di antara lima perkara tersebut yang disebutkan oleh Nabi saw.: Dia akan ditanyakan tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan dari ilmunya?”.
            Sehingga mari kita sebagai tenaga pendidik maupun sebagai orang tua bersama – sama menyiap generasi penerus kita agar selalu siap dalam mengaplikasikan dan mengamalkan ilmu yang mereka peroleh. Bukan hanya cukup memberikan mereka dukungan materi untuk memperoleh fasilatas pendidikan. Mari kita bersama – sama membantu generasi penerus kita selalu berada pada kondisi dimana mereka selalu terasah untuk menerapkan ilmu yang mereka peroleh di sekolah. Libatkan mereka dalam setiap perumusan penyelesaian permasalahan hidup yang muncul, tentunya sesuai dengan taraf dan tingkat pendidikannya. Sehingga apabila tiba saatnya bagi mereka untuk menempuh hidup mereka sendiri, sudah tidak ada kecanggungan dan keraguan serta kebingungan dalam diri mereka untuk hidup mandiri. Hidup mandiri tanpa menggantungkan diri pada lapangan kerja yang ada maupun kepada pemerintah karena mereka sudah siap untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.

No comments:

Post a Comment