Monday, 26 November 2012

BANGSA INDONESIA TANPA BUDAYA LOKAL = BANGSA RONGSOKAN (SERI BAHASA)

BANGSA INDONESIA TANPA BUDAYA LOKAL
=
BANGSA RONGSOKAN
(SERI BAHASA)


Bangsa Indonesia dulunya terkenal dengan bangsa yang kaya akan kearifan budaya lokalnya. Orangnya terkenal ramah dan sopan. Bahkan kearifan bangsa Indonesia itu tergambar dalam dasar negara Indonesia yakni Pancasila dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” nya. Keramahan dan kesopanan rakyatnya tergambar dalam budaya gotong royong dan musyawarahnya dalam menyelesaikan setiap masalah di dalam masyarakat.

Namun saat ini bangsa Indonesia terkenal dengan aksi demo anarkis yang katanya atas nama demokrasi. Sekarang bangsa Indonesia terkenal dengan tawuran antar pelajar yang katanya demi martabat sekolah. Era ini bangsa Indonesia terkenal dengan kerusuhan antar warga yang katanya demi martabat suatu suku atau kaum.  Seakan – akan masalah yang kita hadapi setiap harinya sudah pada posisi kritis sehingga penyelesaiannya hanya tertumpu pada cara kekerasan.

Kriminalitas yang terjadi dalam bangsa ini sudah semakin beragam. Keberagamannya sampai mengalahkan keberagaman masyarakat Indonesia sendiri. Dari kasus penculikan bayi, pemerkosaan bayi hingga mutilasi bayi. Kasus pencurian ayam hingga korupsi uang negara. Perselingkuhan keluarga hingga skandal seks pejabat negara. Traficking hingga pelacuran papan atas oleh figur – figur di bangsa ini.

Bagaimana dengan perkembangan dunia pendidikan bangsa ini. Tak bisa dipungkiri kemajuannya sangat pesat. Berbagai prestasi berhasil diraih. Mulai dari kejuaraan olimpiade dan sains kelas dunia berhasil digaet. Berbagai karya ilmiah berhasil diukirkan. Mulai dari kaya ilmiah pemanfaatan barang – barang bekas, penemuan bahan bakar minyak alternatif hingga teknologi mobil masa depan pun berhasil dibuat oleh putra bangsa ini. Sistem pendidikannya pun sudah beranjak menganut sistem pendidikan modern layaknya negara – negara maju.

Apabila kita mengamati kedua fenomena ini, dimana letak kesalahannya. Jawabannya hanya satu. Bangsa ini mulai melupakan budayanya sendiri. Perlahan namun pasti kekayaan budaya lokal bangsa ini mulai menjadi sesuatu yang langka. Suatu bukti kecil yang bisa kita temui di masyarakat ataupun keluarga kita adalah banyaknya siswa SD, SMP apalagi SMA yang fasih berbahasa Indonesia, berbahasa Inggris bahkan bahasa mandarin atau arab namun dapat dipastikan mereka kurang bisa (bukan fasih) berbicara dengan bahasa lokal daerah kelahiran mereka.

Kenapa bahasa yang menjadi tolok ukur? Karena bahasa adalah tonggak dasar pelestarian budaya lokal. Karena dengan Bahasa Daerah kita akan dengan mudah menggali budaya dan pelajaran akan kearifan lokal yang ada di daerah kita. Bahasa Daerah tidak hanya sekedar susunan kata – kata yang menarasikan kejadian dan waktu suatu peristiwa. Bahasa Daerah mampu memberikan pelajaran pada kita tentang sopan santun, tata krama dan kearifan lokal suatu daerah. Bahasa Daerah mampu mendidik kita bagaimana memperlakukan dan menghormati orang – orang disekitar kita.


Sehingga penting bagi kita untuk kembali mengintrospeksi diri untuk tidak terlena akan usaha – usaha pencapaian standar pendidikan yang katanya harus Go International. Semua itu harus selalu didampingkan dengan budaya lokal bangsa ini. Jangan hanya untuk mencapai suatu standar mutu pendidikan yang katanya serba modern namun melupakan dan mengkesampingkan jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia. Tanpa jati diri, putra – putri kita hanya akan menjadi budak teknologi dan pengetahuan modern layaknya robot. Robot yang menyelesaikan permasalahan hidup hanya dengan logika tanpa dengan rasa dan hati nurani. Dalam Islam hal ini sebenarnya telah diperingatkan melalui Hadist Rasul yang kurang lebih artinya : “setiap manusia akan menjadi baik atau buruk, semuanya ditentukan oleh sebongkah daging di dalamnya yakni hati”. Hati bukan hanya otak belaka.

Semoga dengan ulasan singkat ini kita bisa berkaca kembali akan segala hal yang telah kita perbuat dan kita tetapkan. Karena teknologi dan sains modern hanya akan menciptakan robot – robot hidup tanpa adanya kearifan dan kebijakan hati dan tata krama.




No comments:

Post a Comment