INVESTASI AIR HUJAN
GUNA
MENGATASI BENCANA KEKERINGAN DAN KRISI AIR BERSIH SERTA BANJIR BANDANG DI
KABUPATEN SAMPANG
Musim
kemarau di Kabupaten Sampang berangsur – angsur digantikan oleh musim hujan.
Masyarakat Sampang mulai bisa bernapas lega karena kekeringan dan krisis air
perlahan – lahan akan teratasi seiring berlalunya musim kemarau. Perlu
diketahui bahwa beberapa desa di Kabupaten Sampang akan selalu mengalami
kekeringan dan krisis air saat musim kemarau. Desa yang mengalami kekeringan
dan krisis air tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Sampang,
Tambelangan, Sreseh, Robatal, Karangpenang dan Pengarengan.
Pemerintah
setempat telah melakukan usaha yang maksimal guna menanggulangi kekeringan dan
krisis air ini. Namun usahanya masih dominan pada penanggulangan yang bersifat
responsif seperti pemberian bantuan air bersih oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, BLH dan PDAM Trunojoyo Sampang. Unsur – unsur masyarakat serta parpol
pun ikut berpartisipasi dalam pemberian air bersih ini dengan berbagai motif
dan kepentingan pastinya.
Usaha
penanggulangan kekeringan dan krisis air melalui usaha yang sifatnya responsif
tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut untuk jangka panjang.
Perlu adanya usaha penanggulangan yang sifatnya sebagai pencegahan. Usaha
pencegahan ini harus dilaksanakan oleh pemerintah setempat bersama – sama
dengan masyarakat.
Permasalahan
lain yang segera melanda Kabupaten Sampang adalah banjir bandang. Banjri
bandang ini melanda beberapa desa di Kabupaten Sampang dan terbanyak di
Kecamatan Sampang. Banjir bandang ini merupakan luapan air hujan yang datang
dari Kecamatan Ketapang dan Kecamatan Robatal. Luapan air hujan mengalir
sepanjang Sungai Kemuning. Banjir bandang yang melanda Sampang bukanlah hal
yang remeh sebab beberapa tahun terakhir juga menelan korban dan tentunya efek
yang pasti terjadi adalah mandeknya proses transaksi ekonomi di daerah yang
dilanda banjir. Kegiatan masyarakat lainnya yang akan terhambat adalah kegiatan
pendidikan. Kalau dikonversikan kedalam rupiah maka kerugiannya bisa mencapai
milyaran rupiah.
Mengamati
dua bencana yang terjadi di Kabupaten Sampang ini memang sedikit mengherankan.
Sebab saat musim kemarau Sampang mengalami bencana kekeringan namun di saat
musim hujan, banjir bandanglah yang terjadi. Menanggapi dua bencana ini perlu
adanya solusi cerdas dan efektif guna menanggulangi kedua bencana ini.
Apabila
meminjam istilah dari wamen Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat
menghadiri suatu acara pelatihan oleh KORPRI Kabupaten Sampang yakni “Sesungguhnya
bencana dan kemiskinan itu terjadi karena kita kurang/tidak bisa mensyukuri
nikmat Allah kepada kita. Mensyukuri nikmat Allah SWT dengan memanfaatkan dan
mengelolanya dengan baik dan bijak.” Apabila kita bersandar pada pokok pikiran
beliau, secara singkat dan sederhana maka kita mampu mengatasi bencana
kekeringan di Kabupaten Sampang dengan meng- SAVE air yang berlimpah di saat
musim penghujan. Begitu pula sebaliknya kita bisa menanggulangi banjir di
Kabupaten Sampang apabila kita bisa menyimpan luapan air hujan untuk digunakan
di musim kemarau.
Namun
bagaimana caranya? Alam sesungguhnya telah memberikan kita ilmu untuk itu. Alam
mengajari kita bagaimana pohon – pohon dengan akarnya mampu menyerap dan
menyimpan air hujan di dalam tanah. Tanah dengan pori – porinya mengajarkan
kepada kita bagaimana ia bisa menyerap dan menyimpan bahkan menyaring air
hujan. Bahkan cacing pun mengajarkan kita bagaimana lobang – lobang yang
dibuatnya mampu mengalirkan air hujan kedalam tanah lapisan dalam.
Belajar
dari semua hal itu seharusnya kita mampu menangani dua bencana alam di
Kabupaten Sampang ini. Cara sederhana yang bisa diterapkan oleh masyarakat dan
pemerintah setempat adalah dengan membuat lobang – lobang penyimpanan air hujan
di area pemukiman. Pembuatan lobang – lobang penampungan ini mirip dengan
metode pembuatan sumur serapan yang lumrah dimiliki oleh masyarakat setempat.
Namun tentunya melalui proses modifikasi pada gorong – gorong yang dipakai dan
pengembangan alat penyaluran air hujan ke gorong – gorong ini. Sehingga alat
tersebut dapat digunakan di semua jenis area baik di area tanah kosong, area hutan,
area pemukiman, area perkantoran bahkan area perumahan dan area padat penduduk.
Gambaran
sederhana mengenai modifikasi ini adalah
gb.1. Alat Penampung Air Hujan
Alat tersebut terdiri dari 3
bagian yakni
1. Alat
perangkap air hujan, gunanya untuk menangkap air hujan yang mengalir di
permukaan tanah/jalan guna disalurkan ke dalam gorong – gorong penampungan. Penempatannya
diusahakan sebanyak mungkin dan disebar di dalam permukaan tanah/ jalan guna
memperluas area tangkapan air hujan nantinya.
12. Pipa
penyalur air digunakan untuk mengalirkan air hujan yang terperangkap oleh alat
pertama.
3. Gorong
– gorong penampung digunakan untuk menampung keseluruhan air hujan tangkapan. Banyaknya
dapat disesuaikan dengan kemampuan pemilik. Permukaan gorong – gorong dibuat
berlobang – lobang guna mempercepat serapan air hujan kedalam tanah. Pemakaiannya
pun bisa dimodifikasi dengan gorong – gorong yang tidak berpori apabila diharapkan
agar air hujan tidak langsung terserap tanah namun untuk dimanfaatkan untuk
keperluan lain.
Pemanfaatan alat ini dapat
difungsikan oleh siapapun baik pemerintah, kelompok masyarakat maupun perorangan.
Penempatannya pun bisa bisa fleksibel serta biayanya sangat murah. Sebagai perbandingan
ongkos bahan dan tenaga tukang untuk pembuatan sumur serapan dengan kedalaman 8
gorong – gorong total sekitar Rp. 1.200.000,- (harga di Kab. Sampang). Sangat murah
bila dibandingkan dengan manfaatnya.
Daya tampung satu gorong – gorong
penampungan ini diuraikan sebagai berikut
- --Apabila
tinggi gorong – gorong 50 cm
- - Diameternya
100 cm atau jari – jarinya 50 cm
- -Maka
kapasitas satu gorong – gorong adalah
Π x r2
x t = 3,14 x (50)2 x 50 = 392500 cm3
- - Jika
1 dm3 = 1 L maka 392500 cm3 = 392,5 L
Sehingga apabila kita membuat
alat tersebut dengan 8 gorong – gorong maka kapasitas air hujan yang bisa kita
simpan adalah 392,5 L x 8 = 3140 L. Kapasitas ini apabila hujan yang turun
sangat deras atau sebaran alat tangkap hujannya bagus dan banyak maka akan
terpenuhi untuk sekali turun hujan. Bayangkan saja apabila dalam sehari hujan
yang turun lebih dari sekali maka kita tinggal mengalikan berapa ribu liter air
yang mampu kita save.
Jika kita
menganalogikakan jumlah liter air hujan yang dapat kita save dengan uang maka
akan didapat jumlah investasi sebagai berikut
- - Apabila
harga air bersih per mobil tanki air yang beredar di Sampang volumenya 4000 L
dengan harga pertankinya Rp. 60.000,- di tahun 2011
- - Maka
investasi yang kita dapat adalah sebesar 3140 L : 4000 L X Rp. 60.000,- adalah
Rp 47.100,- untuk setia kali turun hujan sedang hingga lebat.
- - Sehingga
apabila kita anggap pada musim hujan rata – rata hujan turun 1 kali per harinya
(minimal) maka selama musim hujan (dianggap 6 bulan atau 180 hari) investasi
yang yang kita peroleh adalah Rp. 8.478.000,- (minimal)/ 1 alat tersebut
Jumlah yang fantastis bukan? Apalagi hal tersebut dilakukan
secara terpadu anatar masyarakat dan pemerintah. Sehingga dengan usaha ini
nantinya diharapkan kandungan air tanah di daerah Sampang akan bertambah. Efek lainnya
adalah untuk mengurangi debet air hujan yang langsung mengalir ke laut melalui
sungai sehingga akan sedikit kemungkinannya menyebabkan banjir bandang. Nilai investasi
ini akan semakin dapat dirasakan apabila PDAM setempat juga ikut berperan untuk
menampung air hujan tangkapan masyarakat untuk diproses lebih lanjut sehingga
dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai air bersih untuk minum.
Sekian sekilas ulasan solusi
singkat dan sederhana yang sekiranya mampu memberikan investasi uang bagi
masyarakat (mekipun secara tidak langsung) namun juga mampu mengatasi
kekeringan dan krisis air serta banjir bandang di Kabupaten Sampang
No comments:
Post a Comment