Wednesday, 21 November 2012

INVESTASI AIR HUJAN GUNA MENGATASI BENCANA KEKERINGAN DAN KRISI AIR BERSIH SERTA BANJIR BANDANG DI KABUPATEN SAMPANG


INVESTASI AIR HUJAN
GUNA MENGATASI BENCANA KEKERINGAN DAN KRISI AIR BERSIH SERTA BANJIR BANDANG DI KABUPATEN SAMPANG


Musim kemarau di Kabupaten Sampang berangsur – angsur digantikan oleh musim hujan. Masyarakat Sampang mulai bisa bernapas lega karena kekeringan dan krisis air perlahan – lahan akan teratasi seiring berlalunya musim kemarau. Perlu diketahui bahwa beberapa desa di Kabupaten Sampang akan selalu mengalami kekeringan dan krisis air saat musim kemarau. Desa yang mengalami kekeringan dan krisis air tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Sampang, Tambelangan, Sreseh, Robatal, Karangpenang dan Pengarengan.

Pemerintah setempat telah melakukan usaha yang maksimal guna menanggulangi kekeringan dan krisis air ini. Namun usahanya masih dominan pada penanggulangan yang bersifat responsif seperti pemberian bantuan air bersih oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah, BLH dan PDAM Trunojoyo Sampang. Unsur – unsur masyarakat serta parpol pun ikut berpartisipasi dalam pemberian air bersih ini dengan berbagai motif dan kepentingan pastinya.

Usaha penanggulangan kekeringan dan krisis air melalui usaha yang sifatnya responsif tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut untuk jangka panjang. Perlu adanya usaha penanggulangan yang sifatnya sebagai pencegahan. Usaha pencegahan ini harus dilaksanakan oleh pemerintah setempat bersama – sama dengan masyarakat.

Permasalahan lain yang segera melanda Kabupaten Sampang adalah banjir bandang. Banjri bandang ini melanda beberapa desa di Kabupaten Sampang dan terbanyak di Kecamatan Sampang. Banjir bandang ini merupakan luapan air hujan yang datang dari Kecamatan Ketapang dan Kecamatan Robatal. Luapan air hujan mengalir sepanjang Sungai Kemuning. Banjir bandang yang melanda Sampang bukanlah hal yang remeh sebab beberapa tahun terakhir juga menelan korban dan tentunya efek yang pasti terjadi adalah mandeknya proses transaksi ekonomi di daerah yang dilanda banjir. Kegiatan masyarakat lainnya yang akan terhambat adalah kegiatan pendidikan. Kalau dikonversikan kedalam rupiah maka kerugiannya bisa mencapai milyaran rupiah.

Mengamati dua bencana yang terjadi di Kabupaten Sampang ini memang sedikit mengherankan. Sebab saat musim kemarau Sampang mengalami bencana kekeringan namun di saat musim hujan, banjir bandanglah yang terjadi. Menanggapi dua bencana ini perlu adanya solusi cerdas dan efektif guna menanggulangi kedua bencana ini.

Apabila meminjam istilah dari wamen Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat menghadiri suatu acara pelatihan oleh KORPRI Kabupaten Sampang yakni “Sesungguhnya bencana dan kemiskinan itu terjadi karena kita kurang/tidak bisa mensyukuri nikmat Allah kepada kita. Mensyukuri nikmat Allah SWT dengan memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik dan bijak.” Apabila kita bersandar pada pokok pikiran beliau, secara singkat dan sederhana maka kita mampu mengatasi bencana kekeringan di Kabupaten Sampang dengan meng- SAVE air yang berlimpah di saat musim penghujan. Begitu pula sebaliknya kita bisa menanggulangi banjir di Kabupaten Sampang apabila kita bisa menyimpan luapan air hujan untuk digunakan di musim kemarau.

Namun bagaimana caranya? Alam sesungguhnya telah memberikan kita ilmu untuk itu. Alam mengajari kita bagaimana pohon – pohon dengan akarnya mampu menyerap dan menyimpan air hujan di dalam tanah. Tanah dengan pori – porinya mengajarkan kepada kita bagaimana ia bisa menyerap dan menyimpan bahkan menyaring air hujan. Bahkan cacing pun mengajarkan kita bagaimana lobang – lobang yang dibuatnya mampu mengalirkan air hujan kedalam tanah lapisan dalam.

Belajar dari semua hal itu seharusnya kita mampu menangani dua bencana alam di Kabupaten Sampang ini. Cara sederhana yang bisa diterapkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat adalah dengan membuat lobang – lobang penyimpanan air hujan di area pemukiman. Pembuatan lobang – lobang penampungan ini mirip dengan metode pembuatan sumur serapan yang lumrah dimiliki oleh masyarakat setempat. Namun tentunya melalui proses modifikasi pada gorong – gorong yang dipakai dan pengembangan alat penyaluran air hujan ke gorong – gorong ini. Sehingga alat tersebut dapat digunakan di semua jenis area baik di area tanah kosong, area hutan, area pemukiman, area perkantoran bahkan area perumahan dan area padat penduduk.

Gambaran sederhana mengenai modifikasi ini adalah
                                        gb.1. Alat Penampung Air Hujan

Alat tersebut terdiri dari 3 bagian yakni
     1. Alat perangkap air hujan, gunanya untuk menangkap air hujan yang mengalir di permukaan tanah/jalan guna disalurkan ke dalam gorong – gorong penampungan. Penempatannya diusahakan sebanyak mungkin dan disebar di dalam permukaan tanah/ jalan guna memperluas area tangkapan air hujan nantinya.
12. Pipa penyalur air digunakan untuk mengalirkan air hujan yang terperangkap oleh alat pertama.
  3. Gorong – gorong penampung digunakan untuk menampung keseluruhan air hujan tangkapan. Banyaknya dapat disesuaikan dengan kemampuan pemilik. Permukaan gorong – gorong dibuat berlobang – lobang guna mempercepat serapan air hujan kedalam tanah. Pemakaiannya pun bisa dimodifikasi dengan gorong – gorong yang tidak berpori apabila diharapkan agar air hujan tidak langsung terserap tanah namun untuk dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Pemanfaatan alat ini dapat difungsikan oleh siapapun baik pemerintah, kelompok masyarakat maupun perorangan. Penempatannya pun bisa bisa fleksibel serta biayanya sangat murah. Sebagai perbandingan ongkos bahan dan tenaga tukang untuk pembuatan sumur serapan dengan kedalaman 8 gorong – gorong total sekitar Rp. 1.200.000,- (harga di Kab. Sampang). Sangat murah bila dibandingkan dengan manfaatnya.

Daya tampung satu gorong – gorong penampungan ini diuraikan sebagai berikut
-     --Apabila tinggi gorong – gorong 50 cm

-      - Diameternya 100 cm atau jari – jarinya 50 cm

-      -Maka kapasitas satu gorong – gorong adalah 
 Π x r2 x t = 3,14 x (50)2 x 50 = 392500 cm3

-      - Jika 1 dm3 = 1 L maka 392500 cm3 = 392,5 L

Sehingga apabila kita membuat alat tersebut dengan 8 gorong – gorong maka kapasitas air hujan yang bisa kita simpan adalah 392,5 L x 8 = 3140 L. Kapasitas ini apabila hujan yang turun sangat deras atau sebaran alat tangkap hujannya bagus dan banyak maka akan terpenuhi untuk sekali turun hujan. Bayangkan saja apabila dalam sehari hujan yang turun lebih dari sekali maka kita tinggal mengalikan berapa ribu liter air yang mampu kita save.

Jika kita menganalogikakan jumlah liter air hujan yang dapat kita save dengan uang maka akan didapat jumlah investasi sebagai berikut
-      - Apabila harga air bersih per mobil tanki air yang beredar di Sampang volumenya 4000  L dengan harga pertankinya Rp. 60.000,- di tahun 2011

-      - Maka investasi yang kita dapat adalah sebesar 3140 L : 4000 L X Rp. 60.000,- adalah  Rp 47.100,- untuk setia kali turun hujan sedang hingga lebat.

-      - Sehingga apabila kita anggap pada musim hujan rata – rata hujan turun 1 kali per harinya  (minimal) maka selama musim hujan (dianggap 6 bulan atau 180 hari) investasi yang yang  kita peroleh adalah Rp. 8.478.000,- (minimal)/ 1 alat tersebut

Jumlah yang fantastis bukan? Apalagi hal tersebut dilakukan secara terpadu anatar masyarakat dan pemerintah. Sehingga dengan usaha ini nantinya diharapkan kandungan air tanah di daerah Sampang akan bertambah. Efek lainnya adalah untuk mengurangi debet air hujan yang langsung mengalir ke laut melalui sungai sehingga akan sedikit kemungkinannya menyebabkan banjir bandang. Nilai investasi ini akan semakin dapat dirasakan apabila PDAM setempat juga ikut berperan untuk menampung air hujan tangkapan masyarakat untuk diproses lebih lanjut sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai air bersih untuk minum.

Sekian sekilas ulasan solusi singkat dan sederhana yang sekiranya mampu memberikan investasi uang bagi masyarakat (mekipun secara tidak langsung) namun juga mampu mengatasi kekeringan dan krisis air serta banjir bandang di Kabupaten Sampang

No comments:

Post a Comment