BANGSA INDONESIA TANPA BUDAYA LOKAL
=
BANGSA RONGSOKAN
(SERI BAHASA)
Bangsa Indonesia
dulunya terkenal dengan bangsa yang kaya akan kearifan budaya lokalnya.
Orangnya terkenal ramah dan sopan. Bahkan kearifan bangsa Indonesia itu tergambar dalam dasar negara Indonesia yakni
Pancasila dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” nya. Keramahan dan kesopanan
rakyatnya tergambar dalam budaya gotong royong dan musyawarahnya dalam
menyelesaikan setiap masalah di dalam masyarakat.
Namun saat ini
bangsa Indonesia
terkenal dengan aksi demo anarkis yang katanya atas nama demokrasi. Sekarang
bangsa Indonesia
terkenal dengan tawuran antar pelajar yang katanya demi martabat sekolah. Era
ini bangsa Indonesia
terkenal dengan kerusuhan antar warga yang katanya demi martabat suatu suku
atau kaum. Seakan – akan masalah yang
kita hadapi setiap harinya sudah pada posisi kritis sehingga penyelesaiannya
hanya tertumpu pada cara kekerasan.
Kriminalitas
yang terjadi dalam bangsa ini sudah semakin beragam. Keberagamannya sampai
mengalahkan keberagaman masyarakat Indonesia sendiri. Dari kasus
penculikan bayi, pemerkosaan bayi hingga mutilasi bayi. Kasus pencurian ayam
hingga korupsi uang negara. Perselingkuhan keluarga hingga skandal seks pejabat
negara. Traficking hingga pelacuran papan atas oleh figur – figur di bangsa
ini.
Bagaimana dengan
perkembangan dunia pendidikan bangsa ini. Tak bisa dipungkiri kemajuannya
sangat pesat. Berbagai prestasi berhasil diraih. Mulai dari kejuaraan olimpiade
dan sains kelas dunia berhasil digaet. Berbagai karya ilmiah berhasil diukirkan.
Mulai dari kaya ilmiah pemanfaatan barang – barang bekas, penemuan bahan bakar
minyak alternatif hingga teknologi mobil masa depan pun berhasil dibuat oleh
putra bangsa ini. Sistem pendidikannya pun sudah beranjak menganut sistem
pendidikan modern layaknya negara – negara maju.
Apabila kita
mengamati kedua fenomena ini, dimana letak kesalahannya. Jawabannya hanya satu.
Bangsa ini mulai melupakan budayanya sendiri. Perlahan namun pasti kekayaan
budaya lokal bangsa ini mulai menjadi sesuatu yang langka. Suatu bukti kecil
yang bisa kita temui di masyarakat ataupun keluarga kita adalah banyaknya siswa
SD, SMP apalagi SMA yang fasih berbahasa Indonesia, berbahasa Inggris bahkan
bahasa mandarin atau arab namun dapat dipastikan mereka kurang bisa (bukan
fasih) berbicara dengan bahasa lokal daerah kelahiran mereka.
Kenapa bahasa
yang menjadi tolok ukur? Karena bahasa adalah tonggak dasar pelestarian budaya
lokal. Karena dengan Bahasa Daerah kita akan dengan mudah menggali budaya dan
pelajaran akan kearifan lokal yang ada di daerah kita. Bahasa Daerah tidak
hanya sekedar susunan kata – kata yang menarasikan kejadian dan waktu suatu
peristiwa. Bahasa Daerah mampu memberikan pelajaran pada kita tentang sopan
santun, tata krama dan kearifan lokal suatu daerah. Bahasa Daerah mampu mendidik
kita bagaimana memperlakukan dan menghormati orang – orang disekitar kita.
Sehingga penting
bagi kita untuk kembali mengintrospeksi diri untuk tidak terlena akan usaha –
usaha pencapaian standar pendidikan yang katanya harus Go International. Semua
itu harus selalu didampingkan dengan budaya lokal bangsa ini. Jangan hanya
untuk mencapai suatu standar mutu pendidikan yang katanya serba modern namun
melupakan dan mengkesampingkan jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia .
Tanpa jati diri, putra – putri kita hanya akan menjadi budak teknologi dan
pengetahuan modern layaknya robot. Robot yang menyelesaikan permasalahan hidup
hanya dengan logika tanpa dengan rasa dan hati nurani. Dalam Islam hal ini
sebenarnya telah diperingatkan melalui Hadist Rasul yang kurang lebih artinya :
“setiap manusia akan menjadi baik atau buruk, semuanya ditentukan oleh
sebongkah daging di dalamnya yakni hati”. Hati bukan hanya otak belaka.
Semoga dengan
ulasan singkat ini kita bisa berkaca kembali akan segala hal yang telah kita
perbuat dan kita tetapkan. Karena teknologi dan sains modern hanya akan
menciptakan robot – robot hidup tanpa adanya kearifan dan kebijakan hati dan
tata krama.