MOU MOBIL NASIONAL INDONESIA DENGAN
PABRIKAN PROTON MALAYSIA AKAN MEMPERBURUK PERMASALAHAN KESEHATAN MASYARAKAT
INDONESIA
Di awal tahun 2015 Pemerintahan Jokowi kembali memberikan
banyak kejutan bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari penurunan kembali harga
premium yang semula dinaikkan menjadi Rp. 8.700,- kini menjadi Rp. 6.700,- dan
solar yang sebelumnya mengalami kenaikan harga Rp 8.500,- kini menjadi Rp.
6.500,-. Meskipun sayangnya penurunan kembali harga dua jenis BB mini tidak
langsung serta merta diikuti oleh penurunan harga barang – barang lain terutama
harga sembako dipasaran. Kejutan lainnya adalah bentrok antara KPK dengan Polri
terkait rencana pelantikan calon Kapolri Budi Gunawan sebagai Kapolri yang
sampai saat ini belum ditindaklanjuti secara tegas dan lugas oleh Pemerintahan
Jokowi.
Kejutan lain yang tidak kalah menariknya adalah rencana kerja
sama Pemerintahan Jokowi untuk mengadakan kerjasama pembuatan Mobil Nasional dengan pabrikan mobil
Proton milik Negara tetangga kita yakni Malaysia. Program kerja sama pemerintah
yang satu ini juga menuai banyak protes karena Pemerintahan Jokowi terkesan
seperti lupa akan janjinya untuk
memajukan industry dalam negeri dengan memanfaatkan potensi SDA dan SDM yang
ada dalam negeri sendiri.
Mobil Made In Proton |
Secara gambaran kasar mobil nasional yang akan diproduksi
oleh Pabrikan Proton nantinya secara teknologi masih hampir sama dengan
pabrikan mobil lainnya yang telah beredar dipasaran. Yakni sama – sama menggunakan
bahan bakar fosil. Dibandingkan dengan mobil – mobil modern yang dirancang oleh
Putra – Putri Indonesia sendiri yang telah banyak menggunakan Bahan Bakar
Listrik ataupun memakai system solar cell. Calon mobil nasional ini tidak
banyak memberikan solusi terhadap permasalahan transportasi di Indonesia
nantinya. Seperti halnya macet, polusi hingga permasalahan BBM.
Jika rencana kerjasama pengadaan mobil nasional ini
terlaksana maka permasalahan transportasi di Indonesia akan semakain sulit
dikendalikan. Bahkan akan muncul permasalahan baru yakni penurunan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia karena peningkatan
Polusi udara dan Polusi suara di Indonesia.
Padahal Sebagaimana hasil penilitian terbaru sebagaimana
ditulis dalam artikel ilmiah di www.sciencenews.org/article/stoplights-are-hot-spots-airborne-pollution
diungkapkan jika konsentrasi gas polutan 29 kali lebih tinggi di area saat lampu
lalu lintas merah. Karena disaat tersebut semua kendaraan berkumpul secara
bersama – sama dalam kondisi mesin kendaraan menyala, menunggu lampu lalu
lintas menjadi hijau yang berarti kendaraan diperbolehkan untuk melanjutkan
perjalanan. Meskipun lamanya mereka menunggu tidak lebih dari 15 menit.
Sekarang kita bayangkan berapa kali lipat lagi kenaikan
konsentrasi polutan di area dimana kemacetan yang biasa terjadi di kota – kota besar
seperti halnya di Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya misalnya. Kita bayangkan
berapa ppm gas polutan yang terpapar kepada tubuh kita saat kemacetan terjadi. Dan
pada akhirnya akan meningkatkan permasalahan kesehatan kita berlipat – lipat seperti
peningkatan resiko penyakit paru – paru, kanker, penyakit pernafasan dan
penyakit lain yang disebabkan oleh emisi gas buangan dan radikal bebas dari
polusi kendaraan serta peningkatan tingkat stress masyarakat Indonesia karena
peningkatan polusi suara akibat kebisingan yang terjadi.
Sehingga jika rencana kerjasama ini terlaksana dengan hanya
ditinjau dari segi pembicaraan bisnis to bisnis tanpa ditinjau secara detail
dan mendalam dari segala aspek maka masyarakat Indonesia akan menghadapi
permasalahan kesehatan lingkungan yang serius.
mobil litrik karya Putra _ Putri Indonesia |
Tentunya akan lebih bijak dan lebih smart bagi Pemerintahan
Jokowi untuk mengembangkan potensi baik SDA dan SDM serta teknologi dalam
negeri sendiri dalam meningkatkan industry dalam negeri daripada rencana
pembuatan mobil nasional dengan pabrikan Proton Malaysia. Dan akan menjadi
sangat nista jika Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Negara Malaysia
hanya sekedar membicarakan kegiatan bisnis to bisnis antara Perusahaan PT
Adiperkasa Citra Lestari (ACL) dan pabrikan Proton