POLITIK KONSPIRASI EKONOMI
Ekonomi pada abad ini
merupakan ilmu dan media yang mampu mempengaruhi bahkan dapat mengatur seluruh
tatanan kehidupan masyarakat baik dibidang politik bahkan pada tataran
keyakinan dan kebenaran. Oleh karenanya tidak salah jika Muhammad Rasulullah
pada 1,5 abad yang lalu menyerukan kepada umatnya agar menjadikan dirinya
sebagai umat yang mempunyai kemapanan dalam harta. Karena menurut Beliau “
umatku yang kaya akan lebih dicintai dari umatku yang miskin (dengan kadar iman
yang sama)”. Oleh karena itu beliau menyerukan pula agar umatnya bersungguh –
sungguh dalam urusan duniawi seakan – akan hidup di dunia untuk selama –
lamanya serta bersungguh – sungguh pula dalam urusan akherat seakan – akan mati
esok.
Namun apa yang terjadi
saat ini? Umat Islam kebanyakan berada dalam tingkat tatanan ekonomi yang lebih
rendah dibandingkan umat non Islam. Sehingga apa yang terjadi adalah umat Islam
selalu bisa dipermainkan dalam konspirasi politik mereka. Umat Islam saat ini
menjadi sangat mudah dipolitisir kepentingan dan keyakinannya sesuai dengan
kepentingan dan keyakinan mereka umat non muslim (Kristen dan Yahudi) yang
faktanya saat ini mereka kuat dan menguasai ekonomi dunia.
Upaya – upaya konspirasi mereka
dari waktu ke waktu pun menjadi lebih canggih dan tersamarkan. Kalau dulu
mereka mengobok – obok keyakinan dan iman saudara – saudara kita yang miskin
lewat upaya pembagian sembako dan pengobatan gratis yang didalamnya ada motif
pemurtadan. Namun saat ini mereka melalui media – media pemberitaan baik oleh
media cetak maupun elektronik secara perlahan tapi pasti mereka mengikis iman
kita dan menjauhkan diri kita dari agama.
Bahkan melalui media yang
sama mereka mampu menentukan arah politik dan kepentingan negara sesuai dengan
kepentingan mereka. Indonesia misalnya, negara ini selalu tidak bisa tuntas
menyelesaikan kasus – kasusnya dikarenakan konspirasi mereka yang cukup kuat
mencengkram negara kita. Melalui media pemberitaan, mereka mampu mengalihkan
perhatian masyarakat dari suatu masalah kepada suatu masalah lain guna
melindungi lakon utama kejahatan tersebut terkuak secara gamblang kehadapan
publik. Yang notabene lakon utama itu mereka rekrut baik secara langsung maupun
tak langsung.
Kasus korupsi di tubuh SKK
MIGAS yang melibatkan pimpinan tertingginya dengan mudah meraka alihkan
perhatian masyarakat dengan kasus penembakan misterius terhadap oknum polisi.
Sehingga masyarakat harus dengan terpaksa tanpa sadar harus puas dengan hasil
penyidikan KPK tanpa harus tau siapa dalang terbesarnya dibalik kasus korupsi
di SKK MIGAS.
Kasus yang agak lama
adalah tertangkapnya ketua umum Partai Demokrat ‘Anas Urbaningrum’ karena
keterlibatannya dalam kasus korupsi hambalang yang kemudian perhatian publik
terhadap masalah ini dialihkan dengan kasus penyalah gunaan fasilitas lapas
oleh aparat guna disewakan sebagai fasilitas penyalahgunaan narkotika dan seks
bebas oleh salah seorang napi gembong narkoba.
Kasus yang lebih lama lagi
adalah kasus bencana Lapindo (perusahaan milik Abu Rizal Bakrie Politikus
Partai Golkar) di Sidoarjo Jawa Timur yang merampas tanah, rumah beserta harta
bahkan nyawa warga di area Porong Sidoarjo. Kasus ini dialihkan dengan
merekayasa kasus pembunuhan bos PT.
Rajawali oleh Antazari pimpinan KPK pertama yang sampai saat ini
kasusnya pun belum kelar.
Bagaimana dengan kasus –
kasus yang melibatkan negara lain. Tentu saja dapat dipastikan terdapat
konspirasi jahat mereka. Kita lihat saja kasus yang terjadi baru – baru ini
yakni persiapan Negara Amerika gembong yahudi yang berniat menyerang negara
muslim Syuriah dengan dalil akan melucuti kepemilikan senjata kimia milik
barisan muslim serta campur tangan Negara Amerika dan sekutunya dalam penurunan
secara paksa Presiden Mursi Pimpinan Negara Mesir oleh pihak militer Mesir yang
ujung – ujungnya guna menguatkan legalitas yahudi di Palestina dan Negara Arab.
Kasus – kasus tersebut dialihkan dari perhatian publik dengan menyebarkan
konspirasi penarikan investasi dolar mereka di berbagai negara sehingga pada
akhirnya yang terjadi adalah ketidak stabilan ekonomi atau krisis ekonomi.
Dan upaya ini ternyata
sangat ampuh menimbulkan keresahan dan kepanikan dalam masyarakat. Sehingga
mereka tidak lagi menyimak dan mengikuti perkembangan krisis politik di negara –
negara muslim lainnya. Kita disibukkan untuk memfokuskan daya dan upaya kita
guna mengatasi krisis ekonomi yang terjadi saat ini. Kita panik karena harga
bahan – bahan kebutuhan hampir semuanya mengalami kenaikan harga. Kita bingung
seakan – akan krisis ekonomi yang terjadi akan menjadi akhir dari segalanya.
Namun kita lupa bahwa
konspirasi yang mereka lakukan tidak ubahnya sekedar tipu muslihat. Tidak
ubahnya seperti permainan sulap. Semakin kita fokus pada permainan mereka maka
semakin dalam pula kita larut dalam permainan mereka sehingga semakin mudah
bagi mereka mempermainkan kita.
Seharusnya sebagai Umat Islam
yang diwarisi Al-Qur’an dan Hadist, semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Karena sebaik – baiknya pembuat tipu daya adalah Allah SWT dan sebaik – baik
pemberi rizki adalah Allah SWT. Kita lupa jika sunnatullah penciptaan alam ini
diciptakan secara bepasang – pasangan, dimana siang diciptakan berpasangan
dengan malam begitu pula dengan kekayaan maka akan selalu berpasangan dengan
kemiskinan. Sehingga secara sunnatullah pihak yang kaya tidak akan bisa
bertahan hidup jika tidak ada pihak yang miskin begitun pula sebaliknya.
Sehingga sebenarnya masalah krisis ekonomi ini bukanlah masalah utama yang
sepenuhnya memerlukan perhatian umat. Karena kenaikan harga – harga barang
akibat krisis ekonomi ini akan dengan sendirinya menuju titik kestabilan yang
wajar seiring dengan upaya efisiensi produksi. Karena suatu usaha produksi
tidak akan sustain bila tidak adanya pasar atau konsumen yang akan membeli
hasil produksi.
Yang harus mendapat
perhatian penuh seharusnya adalah motif sebenarnya dibalik upaya penyebab krisis
ekonomi itu sendiri. Yakni upaya negara – negara Amerika dan Sekutunya guna
menguasai negara – negara di Semenanjung ARAB serta upaya pelemahan tatanan
beragaman umat Islam di negara berkembang seperti Indonesia.
No comments:
Post a Comment