IBADAH PUASA MAMPU MEMPERKECIL
KEMUNGKINAN RESIKO KEMATIAN SOPIR PADA KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR
Perkembangan zaman dan
teknologi sangat berpengaruh terhadap gaya hidup manusia. Perilaku hidup manusia
yang sangat mencolok terpengaruh oleh perkembangan tersebut salah satunya
adalah perilaku makan manusia. Dikarenakan tuntutan zaman dan kemajuan teknologi yang menuntut
kita untuk selalu berburu dengan waktu dalam bekerja. Kesibukan ini secara
tidak langsung merubah perilaku makan kita menjadi tidak teratur dan kurang
memperhatikan komposisi menu makan kita.
Perubahan perilaku makan
ini menyebabkan kesehatan kita terganggu. Banyak permasalahan medis yang kita
derita dikarenakan pola makan yang kurang baik ini. Mulai dari penyakit maag
hingga salah satu penyakit yang menjadi momok bagi setiap orang yakni Obesitas.
Obesitas oleh WHO
didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan sehingga
menimbulkan resiko kesehatan bagi tubuh manusia. Obesitas atau kegemukan ini
merupakan cikal bakal bagi berkembangnya berbagai penyakit di dalam tubuh
manusia diantaranya penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, kanker,
hipertensi, kolesterol tinggi, liver, asma, dan masalah ginekologi.
Bagaimana mengatasi
masalah obesitas ini? Di dalam agama Islam permasalahan ini telah diantisipasi
sejak 15 abad yang lalu. Yakni melalui ibadah Puasa. Puasa secara bahasa
merupakan tindakan menahan diri untuk tidak makan dan minum sejak terbit fajar sadiq
hingga terbenam matahari dengan berniat. Bagaimana kaitan antara puasa dengan
obesitas? Tubuh kita memerlukan energi untuk melakukan aktivitas. Pada kondisi
tidak berpuasa, asupan energi diperoleh dari proses metabolisme tubuh kita
terhadap asupan nutrisi makanan yang kita makan. Sedangkan disaat kita berpuasa
maka kita tidak memperoleh energi dari asupan makanan namun energi diperoleh
dari proses reaksi kimia dengan menguraikan tumpukan cadangan gula dan lemak untuk dirubah menjadi energi. Sehingga puasa
mampu mengurangi tumpukan lemak dalam tubuh. Maka kesimpulannya dengan berpuasa
maka resiko obesitas dapat kita hindari.
Bagaimana korelasi
pembahasan puasa dan obesitas terhadap resiko kematian pada kecelakaan
mobil?
Penelitian terbaru
mengungkapkan jika obesitas bisa meningkatkan resiko kematian dalam kecelakaan
mobil.
Dalam penelitian tersebut
pengemudi yang obesitas dengan nilai body mass index (BMI) antara 30 dan 35
maka memiliki resiko meninggal selama kecelakaan mobil sebesar 20% lebih tinggi
dibandingkan seseorang dengan berat badan normal. Sedangkan untuk sopir dengan
nilai BMI 40 keatas maka memiliki resiko kematian selama kecelakaan mobil
sebesar 80%.
Penelitian ini
berdasarkan data kecelakaan mobil selama kurun waktu tahun 1996 – 2008. Alasan
utama kenapa obesitas lebih membahayakan selama kecelakaan mobil karena orang
pengidap obesitas cenderung memiliki masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular
yang mampu meningkatkan resiko kematian sopir selama kecelakaan mobil.
Sehingga kedepannya harus
diupayakan design mobil yang mampu menjamin keselamatan pengemudi obesitas
selama mobil mengalami kecelakaan. Karena penelitian mengungkapkan jika sopir
yang obesitas akan terpental lebih jauh dari tempat duduk mereka sebelum sabuk
pengaman mereka mampu menahan laju pental/tumbukan akibat kecelakaan mobil
dibandingkan pengemudi dengan berat badan normal. Delay proses aktivasi sabuk
pengaman pada pengemudi yang obesitas dikibatkan karena perut yang membuncit
bisa menghambat kinerja sabuk pengaman dikarenakan jarak sabuk pengaman menjadi
terentang lebih jauh dari tempat fitting sabuk. Sehingga selama bagian perut
dan kaki terdorong lebih jauh ke depan maka bagian atas badan sopir yang
obesitas akan tertarik kebagian belakang dibandingkan jika pada perut pengemudi
dengan berat badan normal. (sumber : www.livescience.com)
Dari paparan hasil
penelitian tentang pengaruh obesitas terhadal tingkat resiko kematian sopir
pada kecelakaan mobil maka kita bisa menarik suatu korelasi logis jika “ibadah puasa mampu memperkecil kemungkinan resiko kematian
sopir pada kecelakaan kendaraan bermotor”.
Simpulan di atas semakin
memperkuat agama Islam sebagai agama yang selalu berpijak pada kebenaran hakiki
yang disampaikan berdasarkan wahyu Ilahi oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW.