Singa dan cicak bukan
merupakan makhluk yang asing bagi kita. Dalam tulisan ini persandingan singa
dan cicak bukan maksud untuk mengadu keduanya dalam hal laga fisik karena pasti
secara ukuran fisik dan kekuatan kedua hewan tersebut tidak seimbang. Namun
lebih untuk mengambil hikmah dari perilaku kedua hewan ini.
Singa merupakan hewan
yang kuat secara fisik. Sering dalam kisah dongeng, singa digambarkan sebagai
raja rimba. Bahkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW, nama singa digunakan sebagai
perumpamaan bagi seorang sahabat Rasul (Hamzah bin Abdul Mutthallib) untuk
menggambarkan keberaniannya dalam berperang di jalan ALLAH dan RasulNya. Lebih
tepatnya Rasulullah SAW menyebut sahabat yang satu ini sebagai “Singa Allah”.
Pertanyaannya sekarang kenapa Rasulullah tidak menggunakan nama hewan lain
sebagai perumpamaan, macan atau monyet misalnya apalagi cicak?
Seperti kita telah
ketahui bersama, singa merupakan hewan yang hidup berkelompok – kelompok.
Setiap satu kelompok dipimpin oleh satu singa jantan (sang Raja Singa). Sang
raja singa inilah yang nantinya mengatur kelompoknya dalam memenuhi
keberlangsungan hidup kelompok itu sendiri. Dalam hal berburu maupun
mempertahankan kelompoknya dari serangan hewan lain, Sang Raja Singa akan
dengan gagah berani berada pada barisan terdepan untuk mengambil peran
terpenting dalam kelompoknya. Sedangkan barisan pengikutnya akan dengan setia
memberikan dukungan dibelakang Sang Raja Singa. Saat berhasil mendapatkan
buruannya maka singa akan sangat kooperatif untuk menyantapnya secara bersama –
sama. Sisi lain dari singa adalah insting pemilihan pemimpin atau sang raja
singa yang cukup fair. Yakni, dengan melalui pertarungan terbuka antar singa
jantan yang mencalonkan dirinya sebagai raja singa tanpa ada campur tangan
anggota yang lain untuk mendukung salah satu kandidat. Serta bagi calon yang
kalah dalam pertarungan akan sangat lapang dada mengakui keunggulan rivalnya
serta dengan sikap yang jantan untuk meninggalkan kelompok yang
diperebutkannya.
Bagaimana dengan cicak?
Cerita cicak pun tak menariknya dengan singa. Cicak sangat terkenal dengan
kemampuannya untuk melakukan amputasi diri terhadap ekornya sendiri saat
dirinya dalam kondisi terdesak oleh bahaya. Kemampuan ini sering kita kenal
dengan istilah mimikri. Sisi lainnya, cicak bukan termasuk hewan yang hidup
dalam berkelompok bahkan cicak termasuk hewan yang persaingan antar sesamanya
cenderung tinggi. Cicak akan sangat mudah bertarung dengan sesamanya hanya demi
memperebutkan seekor nyamuk atau serangga sebagai santapan.
Setelah memahami kedua
hewan ini maka kita dapat menyimpulkan potensi dari masing – masing hewan ini
(singa dan cicak). Secara singkat singa dapat digambarkan sebagai makhluk yang
memiliki keberanian, kepemimpinan yang baik, adil dan demokratis serta mampu
bersikap kesatria. Sedangkan cicak dapat digambarkan sebagai makhluk
individualis serta yang paling menonjol adalah keberanian cicak mengorbankan
bagian tubuhnya (ekor) hanya untuk melindungi bagian tubuh lainnya seperti
kepala dan kaki tangannya.
Hal yang terpenting
adalah bagaimana kita mengambil pelajaran dan hikmah dari kedua makhluk ini
untuk dimanfaatkan dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Sebagaimana
firman ALLAH SWT bahwa dalam setiap ciptaanNYA mengandung banyak manfaat bagi
manusia, tentunya bagi mereka yang dapat mengambil pelajaran. Hikmah utama yang
harus kita ambil adalah bagaimana kita menjadikan potensi – potensi yang ada
dalam diri singa Sang Raja Rimba untuk kita miliki saat kita menjadi seorang
pemimpin atau memilih seorang pemimpin. Jiwa dan kemampuan seekor singa
merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin harus mampu memanage
anggotanya disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan dari setiap anggotanya
guna keberlangsungan kelompoknya
Seorang pemimpin harus memperlakukan
setiap anggotanya secara adil
Seorang pemimpin juga harus
memberikan kesempatan bagi generasi mudanya yang ingin berkarya maupun untuk
unjuk kebolehan menggantikan posisinya sebagai seorang pemimpin tentunya dengan
cara – cara yang fair sebagaimana pertarungan antar calon raja singa dalam
memperebutkan posisi sebagai Sang Raja Singa
Seorang pemimpin harus kesatria dan
lapang dada serta menghargai keunggulan anggota maupun rivalnya baik dalam hal
kecerdasan, berpendapat maupun dalam hal pertarungan.
Sehingga dengan kompetensi dasar
sebagaimana tersebut maka seeorang pemimpin akan dihormati dan dihargai baik
saat masih menjabat sebagai pemimpin maupun saat setelah lengser dari
jabatannya.
Sedangkan sifat – sifat yang ada
dalam diri cicak adalah hal – hal yang harus dihindari bagi kita sebagai
pemimpin atau yang memilih pemimpin. Apa dan bagaimana itu?
1 Seorang pemimpin tidak boleh bersikap
individualis atau lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri daripadi
kepentingan kelompok. Sebagaimana sifat cicak yang selalu bertarung sesamanya hanya
untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri. Sehingga cicak tidak
pernah bisa hidup secara berkelompok – kelompok.
2 Seorang pemimpin tidak boleh bersikap
pengecut menghadapi rintangan dan bahaya yang melintang. Seperti halnya cicak
yang memilih untuk lari dari bahaya atau rintangan bahkan cicak dengan mudahnya
mengorbankan ekornya untuk menyelamatnya nyawanya. Fakta pada cicak ini
merupakan gambaran bagi seorang pemimpin yang dengan mudah mengorbankan anak
buahnya hanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari bahaya yang mengancam.
Akhir kata bagaimana
dengan diri kita sebagai seorang pemimpin atau sebagai orang yang lagi memilih
seorang pemimpin. Apakah kita lebih memilih atau menjadi seorang pemimpin yang bermental Singa atau
pemimpin yang bermental Cicak.
No comments:
Post a Comment