Wednesday, 15 January 2014

SINGA VS CICAK


      SINGA   VS     CICAK

Singa dan cicak bukan merupakan makhluk yang asing bagi kita. Dalam tulisan ini persandingan singa dan cicak bukan maksud untuk mengadu keduanya dalam hal laga fisik karena pasti secara ukuran fisik dan kekuatan kedua hewan tersebut tidak seimbang. Namun lebih untuk mengambil hikmah dari perilaku kedua hewan ini. 

Singa merupakan hewan yang kuat secara fisik. Sering dalam kisah dongeng, singa digambarkan sebagai raja rimba. Bahkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW, nama singa digunakan sebagai perumpamaan bagi seorang sahabat Rasul (Hamzah bin Abdul Mutthallib) untuk menggambarkan keberaniannya dalam berperang di jalan ALLAH dan RasulNya. Lebih tepatnya Rasulullah SAW menyebut sahabat yang satu ini sebagai “Singa Allah”. Pertanyaannya sekarang kenapa Rasulullah tidak menggunakan nama hewan lain sebagai perumpamaan, macan atau monyet misalnya apalagi cicak?


Seperti kita telah ketahui bersama, singa merupakan hewan yang hidup berkelompok – kelompok. Setiap satu kelompok dipimpin oleh satu singa jantan (sang Raja Singa). Sang raja singa inilah yang nantinya mengatur kelompoknya dalam memenuhi keberlangsungan hidup kelompok itu sendiri. Dalam hal berburu maupun mempertahankan kelompoknya dari serangan hewan lain, Sang Raja Singa akan dengan gagah berani berada pada barisan terdepan untuk mengambil peran terpenting dalam kelompoknya. Sedangkan barisan pengikutnya akan dengan setia memberikan dukungan dibelakang Sang Raja Singa. Saat berhasil mendapatkan buruannya maka singa akan sangat kooperatif untuk menyantapnya secara bersama – sama. Sisi lain dari singa adalah insting pemilihan pemimpin atau sang raja singa yang cukup fair. Yakni, dengan melalui pertarungan terbuka antar singa jantan yang mencalonkan dirinya sebagai raja singa tanpa ada campur tangan anggota yang lain untuk mendukung salah satu kandidat. Serta bagi calon yang kalah dalam pertarungan akan sangat lapang dada mengakui keunggulan rivalnya serta dengan sikap yang jantan untuk meninggalkan kelompok yang diperebutkannya.

Bagaimana dengan cicak? Cerita cicak pun tak menariknya dengan singa. Cicak sangat terkenal dengan kemampuannya untuk melakukan amputasi diri terhadap ekornya sendiri saat dirinya dalam kondisi terdesak oleh bahaya. Kemampuan ini sering kita kenal dengan istilah mimikri. Sisi lainnya, cicak bukan termasuk hewan yang hidup dalam berkelompok bahkan cicak termasuk hewan yang persaingan antar sesamanya cenderung tinggi. Cicak akan sangat mudah bertarung dengan sesamanya hanya demi memperebutkan seekor nyamuk atau serangga sebagai santapan.

Setelah memahami kedua hewan ini maka kita dapat menyimpulkan potensi dari masing – masing hewan ini (singa dan cicak). Secara singkat singa dapat digambarkan sebagai makhluk yang memiliki keberanian, kepemimpinan yang baik, adil dan demokratis serta mampu bersikap kesatria. Sedangkan cicak dapat digambarkan sebagai makhluk individualis serta yang paling menonjol adalah keberanian cicak mengorbankan bagian tubuhnya (ekor) hanya untuk melindungi bagian tubuh lainnya seperti kepala dan kaki tangannya.

Hal yang terpenting adalah bagaimana kita mengambil pelajaran dan hikmah dari kedua makhluk ini untuk dimanfaatkan dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Sebagaimana firman ALLAH SWT bahwa dalam setiap ciptaanNYA mengandung banyak manfaat bagi manusia, tentunya bagi mereka yang dapat mengambil pelajaran. Hikmah utama yang harus kita ambil adalah bagaimana kita menjadikan potensi – potensi yang ada dalam diri singa Sang Raja Rimba untuk kita miliki saat kita menjadi seorang pemimpin atau memilih seorang pemimpin. Jiwa dan kemampuan seekor singa merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. 

Seorang pemimpin harus memiliki keberanian memperjuangkan dan melindungi kelompoknya sebagaimana Sang Raja Singa yang selalu berada pada garis terdepan dalam setiap pertarungan guna memperjuangkan kelangsungan hidup kelompoknya.

   Seorang pemimpin harus mampu memanage anggotanya disesuaikan dengan kemampuan dan    pengetahuan dari setiap anggotanya guna keberlangsungan kelompoknya

          Seorang pemimpin harus memperlakukan setiap anggotanya secara adil

     Seorang pemimpin juga harus memberikan kesempatan bagi generasi mudanya yang ingin berkarya maupun untuk unjuk kebolehan menggantikan posisinya sebagai seorang pemimpin tentunya dengan cara – cara yang fair sebagaimana pertarungan antar calon raja singa dalam memperebutkan posisi sebagai Sang Raja Singa

    Seorang pemimpin harus kesatria dan lapang dada serta menghargai keunggulan anggota maupun rivalnya baik dalam hal kecerdasan, berpendapat maupun dalam hal pertarungan.

Sehingga dengan kompetensi dasar sebagaimana tersebut maka seeorang pemimpin akan dihormati dan dihargai baik saat masih menjabat sebagai pemimpin maupun saat setelah lengser dari jabatannya.

Sedangkan sifat – sifat yang ada dalam diri cicak adalah hal – hal yang harus dihindari bagi kita sebagai pemimpin atau yang memilih pemimpin. Apa dan bagaimana itu?

1   Seorang pemimpin tidak boleh bersikap individualis atau lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri daripadi kepentingan kelompok. Sebagaimana sifat cicak yang selalu bertarung sesamanya hanya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri. Sehingga cicak tidak pernah bisa hidup secara berkelompok – kelompok.

   Seorang pemimpin tidak boleh bersikap pengecut menghadapi rintangan dan bahaya yang melintang. Seperti halnya cicak yang memilih untuk lari dari bahaya atau rintangan bahkan cicak dengan mudahnya mengorbankan ekornya untuk menyelamatnya nyawanya. Fakta pada cicak ini merupakan gambaran bagi seorang pemimpin yang dengan mudah mengorbankan anak buahnya hanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari bahaya yang mengancam.

Akhir kata bagaimana dengan diri kita sebagai seorang pemimpin atau sebagai orang yang lagi memilih seorang pemimpin. Apakah kita lebih memilih atau menjadi seorang pemimpin yang bermental Singa atau pemimpin yang bermental Cicak.

No comments:

Post a Comment