PEMANFAATAN
LIMBAH PEMBAKARAN BATU BARA/FLY ASH SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGATI PUPUK KIMIA BUATAN
Perkembangan dan pertumbuhan bidang
pertanian semakin mendesak untuk ditingkatkan seiring peningkatan kebutuhan
manusia akan bahan pangan. Namun dilain sisi, lahan pertanian semakin berkurang
karena semakin banyak yang dialihfungsikan sebagai lahan pemukiman atau sebagai
lahan selain pertanian. Sehingga sebagai salah satu upaya untuk tetap
mempertahankan perkembangan dan pertumbuhan pertanian agar tetap menjadi lebih
baik, salah satunya dengan meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang
luasannya semakin hari semakin berkurang.
Usaha peningkatan produktivitas lahan
pertanian yang semakin terbatas ini salah satunya dengan penambahan pupuk kimia
buatan. Pada awalnya usaha pemberian pupuk kimia buatan mampu meningkatkan
kesuburan dan produktivitas lahan pertanian. Namun seiring pertambahan waktu
ternyata usaha penambahan pupuk kimia buatan membuat lahan pertanian mencapai
titik jenuhnya sehingga juga berakibat menurunkan kesuburan dan produktifitas lahan
pertanian. Selain itu pemberian pupuk kimia buatan pada lahan pertanian atau
tanaman pertanian juga mempengaruhi kualitas hasil pertanian yang cenderung
berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia. Sebagaimana digambarkan dalam
penilitian yang dilakukan oleh Serpil Savci dari Bozok University,
Architectural and Engineering Faculty, Biosystems Engineering Department,
66400,Yozgat,Turkey dengan judul “Investigation of Effect of Chemical
Fertilizers on Environment “ yang dimuat
dalam APCBEE Procedia 1 ( 2012 ) 287 – 292; ICESD 2012: 5-7 January 2012, Hong
Kong.
Dalam penilitian tersebut disampaikan
bahwa pupuk non organic mengandung fosfat, nitrat, ammonium dan kalium serta unsur – unsur logam berat seperti Hg, Cd, As, Pb,
Cu, Ni, dan Cu serta sumber radionuklida seperti 238U, 232Th,
and 210Po. Sehingga penggunaan pupuk kimia buatan yang akhir – akhir
ini semakin meningkat secara eksponensial menyebabkan akumulasi kandungan logam
berat dan zat radionuklida dalam tanah. Pada akhirnya kandungan zat – zat
tersebut dalam tanah akan terserap oleh tanaman pertanian dan pada akhirnya
akan ikut dikonsumsi oleh manusia. Konsumsi logam berat dan zat radionuklida
yang melebihi kadar ambang batasnya akan berpengaruh buruk bagi kesehatan
manusia diantaranya penyakit kanker, penyakit ginjal, gangguan neorologi,
ganguan terhadap system reproduksi, gangguan terhadap system homopoitik,
gangguan system saraf, gangguan kerapuhan tulang dan masih banyak lagi lainnya
sebagaimana dipaparkan dalam paper “Toksikologi Logam Berat B3 Dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan" yang ditulis oleh Sudarmaji, J. Mukono dan Corie I.P dari
Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga.
Akumulasi kandungan logam berat dan zat
radionuklida dalam tanah pertanian pada akhirnya juga akan bermigrasi pada air
dan udara melalui proses pencucian hasil pertanian, irigasi maupun proses penguapan.
Apalagi zat nitrat dalam pupuk kimia buatan mampu mencapai bagian tanah yang
dalam bahkan hingga pada bagian air bawah tanah. Hal ini karena zat nitrat yang
bermuatan negativ akan mampu bereaksi dengan senyawa organik dalam tanah maupun
terlibat dalam proses nitrifikasi oleh mikro organism dalam tanah. Sehingga
pada akhirnya juga akan mencemari tanah, air dan udara.
Sebagimana juga dalam penilitian oleh
Serpil Savci dalam judul yang sama disampaikan pula jika kandungan nitrat dan
fosfat akan meningkat dalam air minum dan sungai sebagai efek peningkatan
penggunaan pupuk kimia buatan yang banyak mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Akumulasi kandungan zat – zat tersebut jika dikonsumsi oleh manusia akan
berfungsi sebagai zat karsinogen yangmemicu peningkatan kemungkinan manusia
terjangkit penyakit kanker. Dalam penilitian terakhir disampaikan jika
peningkatan kandungan nitrat dan fosfat dalam air sungai mampu meningkatkan
populasi tanaman air dan tanaman ganggang. Pada akhirnya akan menurunkan
kualitas sumber air minum dan air lingkungan. Hal ini karena peningkatan
populasi tanaman air dan tanaman ganggang akan meningkatkan proses eutrofikasi
yang pada akhirnya akan mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam air
lingkungan.
Akumulasi zat nitrat, fosfat dan logam
berat serta zat radinuklida dalam tanah sebagai akibat pemakaian pupuk kimia
buatan yang terus menerus akan menyebabkan kerusakan pada struktur tanah dan
tingkat keasaman tanah serta pengapuran tanah. Sebagai efek samping dari
ketidakseimbangan kandungan unsur – unsur kimia alami dalam tanah menyebabkan
ketidakseimbangan populasi mikroorganisme dan hewan dalam tanah seperti halnya
cacing tanah dan tungau serta penurunan produktivitas tanaman pertanian.
Penggunaan pupuk kimia buatan juga
berakibat pada polusi udara sebagaimana dijelaskan pada uraian sebelumnya jika
zat nitrat dan fosfat bermigrasi ke udara melalui proses penguapan. Sehingga
kandungan gas N2O dalam atmosfer juga meningkat. Peningkatan gas
tersebut pada akhirnya mengakibatkan
efek rumah kaca yang berakibat pada peningkatan suhu udara bumi serta penyebab
hujan asam. Kedua efek tersebut memberikan kontribusi yang sama buruknya bagi
kesehatan manusia.
Sehingga setelah kita mengetahui efek
buruk penggunaan pupuk kimia buatan bagi manusia dan lingkungan, penting bagi
kita untuk mencari pupuk alternative guna usaha peningkatan produktivitas
pertanian.
Akhir dekade ini, mulai terpikirkan oleh
para peneliti untuk memanfaatkan limbah seperti halnya fly ash sebagai bahan
pengganti pupuk kimia buatan dalam dunia pertanian. Hal ini mengingat akan
kandungan mineral yang tinggi dalam fly ash. Selain itu pemanfaatan fly ash
sebagai alternatif pengganti pupuk kimia buatan dapat mengurangi efek negatif
penggunaan pupuk kimia buatan seperti halnya efek pengapuran yang apad akhirnya
mampu mengurangi pelepasan gas CO2 ke udara. Sehingga secara tidak
langsung, pemanfaatan fly ash sebagai alternatif pengganti pupuk kimia buatan
akan mampu mengurangi pemanasan global akibat efek rumah kaca (green house
effect).
Kita telah ketahui bersama jika fly ash
merupakan hasil akhir dari sis pembakaran batu bara baik dari jenis bitumen
maupun subbitumin yang merupakan partikel debu ringan yang terbawa terbang
bersama gas buang dalam debu elektro-statis atau pemisah siklon yang kemudian dikumpulkan
dengan metode scrubbing basah (bentuk bubur) atau kering. Pemanfaatan fly ash
telah banyak diteliti diantaranya digunakan sebagai bahan pembuatan geopolimer
guna bahan semen alternative pembuatan beton dan pemanfaatan fly ash sebagai
bahan tambahan (filler) dalam banyak bahan polimer sebagai modifikasi terhadap
sifat fisik dan sifat kimia dari polimer itu sendiri.
Fly ash diklasifikasikan dalam dua kelas
menurut kandungan unsur kimia dalam fly ash yakni kelas F dan kelas C.Fly ash
kelas C memiliki kandungan alkali dan sulfat yang lebih tinggi dibandingkan fly
ash kelas F. Perbedaan kandungan unsur kimia penyusun fly ash ini didasarkan
pada perbedaan jenis batu bara yang dibakar, antrasit, bitumen, subbitumin atau
lignit misalnya. Contoh kandungan kimia fly ash sebagai mana tercantum dalam review
“Progress in Natural Science 19 (2009)
1173–1186 dengan judul Potential fly-ash utilization in agriculture: A global
review” yang ditulis oleh Manisha Basuaa,b, Manish Pandeb
, P.B.S. Bhadoriab, S.C. Mahapatra c dari a Agriculture
& Food Services, SGS India Pvt. Ltd., Gurgaon, Haryana 122015, India; b
Department of Agricultural and Food Engineering, Indian Institute of
Technology, Kharagpur, West Bengal 721302, India; cRural Development
Centre, Indian Institute of Technology, Kharagpur, West Bengal 721302, India.
adalah
Dalam review
tersebut disebutkan bahwa pemanfaatan fly ash sebagai pupuk alternativ
pengganti pupuk kimia buatan buatan dilakukan dengan mencampurkan langsung
dengan tanah yang akan dipersiapkan untuk lahan pertanian. Secara umum, tanah
yang telah dicampur dengan fly ash memiliki densitas yang lebih ringan dan
kepadatan yang lebih kecil dan sifat konduktivitas hidroliknya lebih rendah
serta lebih banyak kandungan airnya dibandingkan tanah yang masih belum
dicampur bahan lain sehingga properties tanah yang telah dicampur dengan fly
ash akan lebih tampak seperti lumpur dibandingkan dengan tanah yang belum
dicampur dengan bahan lain.
Penambahan
fly ash pada tanah pertanian mampu meningkatkan mikroporositas tana dan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat air. Sehingga dengan kondisi
tersebut para petani mampu menghemat penggunaan air untuk irigasi lahan
pertanian. Sehingga secara tidak langsung dengan kapasitas air yang sama maka dapat
mengairi luasan lahan pertanian yang lebih banyak. Perubahan sifat tanah
pertanian yang telah dicampur dengan fly ash ini akan sangat cocok untuk
diterapkan pada lahan pertanian tadah hujan.
Penurunan
tingkat kepadatan tanah yang telah dicampur dengan fly ash mengakibatkan tanah
pertanian menjadi lebih gembur. Sehingga selain memudahkan proses penyerapan
air juga memudahkan bagi akar tanaman pertanian untuk menembus lapisan tanah.
Kandungan
garam hidroksida dan garam karbonat dalam fly ash menyebabkan fly ash mampu
bertindak sebagai buffer pH pada tanah pertanian. Sehingga fly ash dapat
bertindak sebagai agen potensial untuk meremediasi dan mengembalikan kesuburan
tanah pertanian.
Keuntungan
lainnya penerapan fly ash bagi tanah pertanian, mampu membantu pertumbuhan
bakteri tanah dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman pertanian. Seperti
halnya Pseodomunas striata dan
bakteri Rhizobium sp. pelarut fosfor sehingga mampu meningkatkan hasil panen
kacang,selain itu fly ash juga mendorong pertumbuhan jamurmikoriza arbuskular
dan bakteri gram negativ serta 1 strain bakteridari zona rizosfer dari Typha latifolia yang mampu
mengimmobilisasi kandungan logam berat beracun pada fly ash seperti Cu, Zn, Pb,Cd
dan Mn. Sehingga bakteri – bakteri tersebut mampu melakukan fitoekstraksi logam
– logam berat agar tidak terserap oleh tanaman pertanian serta mampu mencegah
proses pelepasan logam berat dalam media air saat pelaksanaan proses pencucian
tanaman pertanian.
Kandungan
unsure kimia fly ash yang berupa Ca , Fe , Mg , dan K merupakan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Untuk unsur – unsur seperti B , Se, dan
Mo dalam fly ash dapat bereaksi dengan zat – zat asam dalam tanah sehingga
menghasilkan zat – zat dengan kandungan B, Se, dan Mo yang lebih bermanfaat
bagi tanaman.
Namun penggunaan
fly ash sebagai alternativ pengganti pupuk kimia buatan tetap tidak boleh
berlebihan. Masih perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan
kapasitas fly ash optimum bagi produktivitas hasil pertanian yang tinggi dan
aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.